Di sisi lain, dia khawatir para siswa berubah menjadi anak nakal yang terlatih setelah mengikuti program pembinaan tersebut.
"Jangan sampai anak itu nanti setelah nakal dilatih tentara menjadi anak nakal yang terlatih, berbahaya lagi," tuturnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Kristomei Sianturi menegaskan program Dedi Mulyadi mengirim siswa nakal ke barak militer bukan bentuk militerisme. Dia memastikan para siswa tidak diajarkan menembak.
"Tidak semua disiplin itu militer, dia (siswa) tidak diajarkan menggunakan senjata, tidak kita ajari cara nembak atau membunuh, enggak ada," kata Kristomei.
Dia menegaskan pembinaan disiplin tidak mesti harus dikaitkan dengan militerisme. Menurutnya, stigma pendekatan militer untuk mendidik anak harus diubah.
"Kalau cuma bangun jam 04.30 pagi terus kemudian salat dan senam pagi kan artinya menurut saya bukan militerisme. Pendidikan disiplin aja, gerakan disiplin," ungkap dia.