Revolusi mental, katanya, harus tercermin dalam perilaku keseharian sehingga terbentuk etos kerja, semangat belajar atau beraktivitas.
"Ini bagian dari cara PBNU untuk mengukur kinerja IPPNU. Diberikan program supaya bisa maksimal, kalau maksimal nanti kita usulkan lagi agar IPPNU bisa diberikan tugas lagi oleh PBNU untuk ikut melaksanakan berbagai program lain," pungkas Choirul.
Workshop Revolusi Mental dan Peningkatan Kapasitas IPPNU ini diisi dengan empat materi. Materi pertama membahas revolusi mental, kedua pembahasan tentang refleksi pengurus, ketiga membahas evaluasi program, dan keempat ada pembahasan tentang profil IPPNU (mengenal lebih dekat IPPNU).
Seketaris Umum PP IPPNU Wahyu Mawadatul Habibah mengatakan, kegiatan ini digelar sebagai hadiah untuk satu tahun kepengurusan PP IPPNU yang dimulai sejak Agustus 2022 lalu.
"Dengan adanya kegiatan ini, kami mampu merayakan satu tahun kepengurusan PP IPPNU. Karena memang Agustus 2022, periode kami baru dimulai dan hari ini anniversary yang pertama," ucap Wahyu.
Selain workshop, kegiatan ini juga diisi dengan peningkatan kapasitas diri masing-masing pengurus dan kader IPPNU.
"Jadi tidak hanya sekadar teori-teori yang kita pelajari di workshop, tetapi juga pengaplikasian bagaimana pendidikan karakter yang berguna bagi kader IPPNU," katanya.
Kemudian, PP IPPNU akan melakukan evaluasi kinerja selama satu tahun sejak kepengurusan di bawah Ketua Umum Whasfi Velasufah dibentuk. Salah satu evaluasi kinerja yang akan dilakukan adalah mengenai target atau fokus pada pemberdayaan pelajar berusia 13-24 tahun, berdasarkan Kongres PP IPPNU pada tahun lalu.
"Dengan demikian, workshop ini memang perlu untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Aplikasinya nanti bisa kita lakukan di kehidupan masing-masing," ucapnya.
Di dalam kegiatan ini, IPPNU melibatkan para santri dari Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta dan Pesantren Budaya Indonesia Depok. "Kami buktikan, dalam setiap kegiatan IPPNU, kami melibatkan pelajar-pelajar SMA dan pelajar yang ada di pesantren," tegas Wahyu.