JAKARTA, iNews.id - Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menilai peristiwa penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto merupakan peringatan (warning) jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada 20 Oktober 2019. Serangan ini harus menjadi kewaspadaan terutama oleh aparat keamanan.
Susaningtyas mengapresiasi pernyataan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan yang menyampaikan bahwa melalui jejaring intelijen diketahui pelaku serangan bernama Abu Rara dari Kediri. Dia kemudian pindah ke Bekasi dan Bogor serta masuk ke ponpes di Menes, Pandeglang yang diduga berafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Menurut Nuning, sapaan Susaningtyas, temuan ini sudah menjadi peringatan sejak lebih dari dua bulan lalu. Artinya, temuan ini harus menjadi pedoman bagi aparat keamanan di lapangan dalam melaksanan tugas pokok dan fungsi (tupoksi)nya. Sampai terjadi penikaman, itu harus menjadi dasar untuk evaluasi SOP pengamanan pejabat tinggi.
”Deteksi dininya seperti apa? Pak Wiranto menjadi korban penikaman ini pun harus diteliti lebih dalam, meskipun kita semua tentu mahfum karena beliau seorang pejabat terkenal sehingga peristiwa itu mengundang perhatian publik. Inilah visi terrorizing, melakukan hal radikal untuk dapat perhatian,” kata Nuning, Jumat (11/10/2019).
Nuning mengingatkan, serangan ini jangan hanya dilihat sebagai satu kejadian. Hal lain yang harus diwaspadai dari serangan ini yaitu adakah titipan dari pihak lain di luar JAD dalam penikaman tersebut, baik dari sisi politik atau yang lain?