Pilpres 2024, tutur Imam Besar Masjid Istiqlal, jangan dikaitkan dengan persoalan keagamanan. Itu tidak lagi akan menjadi pusat perhatian. "Saat ini masyarakat kita sudah tumbuh, paham, bahwa untuk kepentingan sesaat tidak perlu melibatkan agama yang sedemikian, memecah, tidak benar, jadi akhirnya perang ayat," tutur dia.
Nasaruddin Umar menilai, pada Pemilu 2024, masyarakat lebih dewasa dalam menyikapi isu. "Ada aktor dan faktor yang digunakan untuk memecah belah masyarakat di Pemilu 2024, tidak akan laku. Faktor pemuka agama dalam mencerahkan masyarakat perlu ditingkatkan. Sehingga, masyarakat tak lagi bisa dipengaruhi dengan dalil-dalil yang memecah persatuan dan kesatuan bangsa," ucap Nasaruddin Umar.
"(Pemilu 2024) lebih soft. Isu menjual dalil-dalil agama tidak akan laris lagi. Karena, masyarakat kita sudah matang. Masyarakat kita sudah dewasa, tapi itu tidak gratis, itulah peranan tokoh agama menciptakan penyadaran agama yang sungguh indah," ujar dia.
Sementara itu, Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Akhmad Said Asrori mengimbau seluruh warga Nahdlatul Ulama (NU), dan masyarakat Indonesia untuk sama-sama menjaga kondusivitas negara selama masa kampanye Pemilu 2024.
KH Said Asrori menekankan pentingnya pesta demokrasi yang damai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan. Semua pihak harus berpartisipasi dalam proses demokrasi mulai dari kampanye hingga pemilihan dengan penuh tanggung jawab.