JAKARTA, iNews.id - Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemkes) terjadi penurunan angka stunting dari 27,7 persen pada 2019 menjadi 24,4 persen pada tahun 2021. Hal tersebut menunjukkan implementasi dari kebijakan pemerintah dalam mendorong percepatan penurunan stunting di Indonesia memberikan hasil yang cukup baik.
Juru Bicara Nasional DPP Partai Persatuan Indonesia (Perindo), Ike Suharjo mengatakan meskipun setiap tahun angka stunting mengalami penurunan, akan tetapi angka stunting di beberapa daerah masih tergolong tinggi, yaitu di atas 30-40 persen. Jika dalam beberapa tahun ke depan, angka stunting tidak menunjukkan angka penurunan secara signifikan maka akan mengancam bonus demografi di Indonesia.
Ike menjelaskan, bonus demografi merupakan fenomena saat penduduk usia produktif jumlahnya sangat banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Dia memprediksi, puncak bonus demografi di Indonesia terjadi pada tahun 2030.
Menurutnya, jika angka stunting masih tinggi maka bonus demografi akan sia-sia dan tidak bisa dimanfaatkan dengan baik lantaran penduduk bertambah banyak namun mereka tidak produktif. Kemudian sakit-sakitan dan relatif miskin.
"Selain kurangnya asupan gizi dan vitamin yang baik, anak-anak yang mengalami stunting salah satunya akibat dari perkawinan usia dini dan mempunyai banyak anak dengan jarak kelahiran yang berdekatan," kata Ike kepada MNC Portal Indonesia, Kamis (30/6/2022).
"Dengan demikian, peringatan Hari Keluarga Nasional menjadi momen yang sangat baik untuk melakukan kampanye keluarga berencana. Karena peran kontrasepsi akan sangat besar terhadap penurunan angka stunting," ucapnya.
Ike melanjutkan, sebagai partai politik yang memiliki sensitifitas dalam isu perempuan dan anak, ada beberapa hal yang menjadi perhatian bagi Partai Perindo.