Dwikorita menyebutkan sejumlah perguruan tinggi yang terlibat dalam konsorsium ini di antaranya Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), serta beberapa pakar kebumian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Sejumlah manfaat yang diharapkan dari dibentuknya KGTI bagi BMKG yaitu, pertama, memberikan masukan dalam pengembangan keilmuan dan teknologi untuk operasional Monitoring dan Analisis Gempa Bumi, yang meliputi strategi monitoring, pengolahan, analisis data, modelling, diseminasi, emerging teknologi, dan pengembangan aplikasi, untuk mendukung terwujudnya Sistem Monitoring, Processing dan Disseminasi yang handal.
Kedua, memberikan masukan dalam pengembangan keilmuan dan teknologi untuk operasional Peringatan Dini Tsunami, terutama dalam strategi dan kebijakan pengamatan tsunami, pengolahan dan analisis data tsunami, modelling, diseminasi dan layanan peringatan dini tsunami.
“Ketiga, memberikan masukan untuk evaluasi kinerja sistem monitoring gempabumi dan peringatan dini tsunami,” katanya.