Dalam waktu tiga bulan saja, tim Karla Bionics mulai mengembangkan teknologi lengan hingga proses latihan. Hal ini berkat pengembagan dari teknologi sebelumnya, yakni Raga Arm.
“Filosofi desain Mega Arm memanfaatkan prinsip biomimicry, di mana desain lengannya mengikuti prinsip desain dari capit kepiting. Terdapat tiga prinsip yang kami adopsi, yakni posisi diam yang menutup, pergerakan hanya dilakukan satu lengan satu waktu, serta pusat kontrol tidak terpusat pada bagian tengah membuat kontrol terhadap benda akan lebih terjaga,” kata Wildan dikutip dari laman resmi ITB, Sabtu (29/4/2023).
Secara tampilan, Mega Arm tetap menyerupai lengan non-amputasi agar para difabel tidak perlu menutupi kekurangannya. Pengaplikasi pun dilakukan kepada siswa SMK juruan mekanik Daffa Aldiansyah.
Berkat Mega Arm, Daffa kini bisa kembali bekerja sebagai mekanik sepeda motor. Ia bahkan aktif sebagai memodifikasi mesin motor.
"Ketika mesin yang disetel ternyata bikin motor lebih enak dibawa, saya ngerasa puas," tutur Daffa.
Sementara itu, Bisnis Development Karla Bionics, Khoirun Mumpuni mengatakan para penyandang disabilitas bisa memperoleh manfaat dari pengembangan Mega Arm. Bahkan, pihaknya akan melakukan kerja sama dengan lembaga terkait.
"Para penyandang disabilitas terutama yang memiliki tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga akan kita upayakan untuk mendapat kemudahan memperoleh manfaat dari lengan prostesis Mega Arm ini, di mana kami akan mengusahakan bekerja sama dengan Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan ataupun Program Badan Amal,” tutup dia.