"Dengan cara begitu kita aman bergaul dengan semuanya (tanpa merasa paling benar)," ucapnya.
Abdul Munir menambahkan, manusia juga susah untuk mensinergikan kebenaran yang baku dan relatif. Dia mencontohkan kitab suci. Kitab suci merupakan kebenaran yang baku dan pemahaman manusia akan kitab suci merupakan kebenaran yang relatif.
"Sementara kita sering kali mensakralkan paham kita karena bersumber dari kitab suci yang sakral, padahal yang sakral hanya kitab suci, pemahaman kita belum tentu," ujarnya.