Prabowo menuturkan, ketika itu dirinya berlari mendampingi Yunus Yosfiah mulai dari Senayan. Kemudian ke Jalan Soedirman, Thamrin hingga Harmoni. Saat sampai di Harmoni, ada temannya seorang perwira yang meminta izin dengan alasan akan buang air kecil.
"Tapi ternyata tidak kembali lagi. Saya juga sebenarnya mau kabur juga. Tapi bagaimana saya mau “menghilang” sementara Pak Yunus lari terus sampai finish. Itulah Pak Yunus," kata Prabowo.
Prabowo masih ingat, rute yang harus dilalui saat Proklamathon itu mulai dari Senayan, turun ke Soedirman, Thamrin melewati Harmoni, lalu ke Kota dan Stasiun Kota. Kemudian, mereka kembali ke Gunung Sahari naik sampai ke Jatinegara, naik ke Kalibata sampai kembali di Senayan.
Menurut Prabowo, dalam kepemimpinannya, Yunus Yosfiah selalu memberikan contoh. Filosofi ing ngarsa sung tulada atau memimpin dari depan benar-benar berlaku. Beban dalam ransel yang dibawa sama beratnya dengan anak buah.
Untuk keperluan logistik selama 14 hari misalnya. Masing-masing prajurit membawa 28 kaleng ransum T2, berat per 1 kaleng 300 gram sehingga semuanya sekitar 13 kg. Belum termasuk peluru, pakaian cadangan dan lain-lain sehingga beban dalam ransel itu sekitar 18-20 kg.
"Tindakan Pak Yunus ini nilainya lebih dari satu jam santiaji atau ceramah. Pemimpin kalau menanggung beban berat yang sama dengan anak buah, anak buah akan patuh dan setia," katanya.