Ketua RT 01, Heri Joko membenarkan hal ini. Dia masih ingat, saat ada peristiwa gereja dibakar di daerah lain, dirinya dan para warga bersama aparat berjaga di pintu masuk kampung. Pasalnya ada isu kelompok massa itu akan menyerang gereja di kampungnya.
“Kami bersama-sama berjaga di pintu masuk kampung. Kami tidak ingin ketenteraman kampung kami diusik,” ujar pensiunan TNI AU ini.
Heri menjelaskan, meski antara satu tempat ibadah dengan tempat lainnya jaraknya sangat dekat mereka saling menghormati dan tidak saling mengganggu. Heri mencontohkan di Masjid Karanggede rutin digelar pengajian.
Setiap pengajian, pengelola masjid tidak pernah menggunakan pengeras luar. Mereka hanya menggunakan pengeras dalam. Padahal di masjid itu terdapat menara tinggi yang khusus digunakan untuk menempatkan pengeras luar.
“Jadi meski gereja dan pura dekat dengan masjid misalkan ada acara keagamaan berbarengan juga tidak akan mengganggu karena masjid hanya menggunakan pengeras dalam. Pengeras hanya digunakan saat azan saja,” ujarnya.
Atas toleransi yang tinggi ini, Kementerian Agama pada November 2021 silam menobatkan Karanggede sebagai Desa Sadar Kerukunan.
Saat ini, Karanggede juga menjadi jujugan tempat studi banding dari seluruh Indonesia termasuk para mahasiswa yang ingin belajar toleransi. Tak jarang para mahasiswa juga menetap selama beberapa waktu lamanya untuk memotret kerukunan beragama di kampung ini.
Seperti diketahui, tahun 2022 ini dinobatkan Kementerian Agama sebagai Tahun Toleransi. Potret di Karanggede tersebut tentu telah menjadi bukti nyata bahwa dengan toleransi beragama yang tinggi, maka kerukunan di tengah masyarakat akan semakin terjaga.
(adv - anf)