JAKARTA, iNews.id - Profil dan biografi Marthen Indey mungkin belum banyak diketahui. Beliau merupakan salah satu pahlawan nasional asal Papua yang berani dan gigih dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Siapa Marthen Indey dan bagaimana latar belakang kehidupannya? Lalu bagaimana jasa beliau dalam kemerdekaan Indonesia? Berikut ulasannya.
Marthen Indey lahir pada 16 Maret 1912 di Papua. Awalnya, dia bekerja sebagai seorang polisi Belanda di Papua. Namun, nasibnya berubah ketika dia bertemu dengan tahanan politik yang diasingkan di Digul, termasuk sosok Sugoro Atmoprasojo. Pertemuan ini memicu timbulnya semangat nasionalisme dalam dirinya.
Marthen Indey tidak hanya merasa terpanggil untuk melawan penjajah, tetapi juga bekerja sama dengan beberapa rekannya untuk menangkap aparat pemerintah Belanda. Meskipun rencananya beberapa kali gagal, semangatnya tidak pernah luntur.
Marthen menikah dengan Agustina Heumassey dan dikaruniai dua orang anak, Frans Marcelino Charles Engelbert Indey dan Fikena Soroway Indey. Keluarga adalah sumber dukungan penting dalam perjuangannya.
Marthen Indey menempuh pendidikan sekolah rakyat selama lima tahun sebelum melanjutkan pendidikan ke Sekolah Kepolisian Sukabumi, Jawa Barat dan Sekolah Marinir Makassar serta Surabaya. Setelah menyelesaikan pendidikan kepolisiannya, dia bekerja sebagai petugas pengawas tahanan politik di Boven Digul.
Marthen Indey juga mengikuti pelatihan di Brisbane Australia yang memperluas wawasan dan kemampuannya. Pengalaman ini menjadi bekal berharga dalam perjuangannya nanti. Bersama anak buahnya, dia juga berusaha menangkap aparat pemerintah Belanda yang semena-mena.
Selama menjabat sebagai Kepala Distrik Arso Yamai dan Waris, Marthen aktif menjalin kontak dengan mantan pejuang Indonesia yang pernah diasingkan di Digul. Bersama mereka, dia merencanakan pemberontakan untuk mengusir Belanda dari Papua. Meskipun rencananya terungkap, semangat perjuangan tidak pernah padam.
Pada tahun 1962, Marthen bergabung dalam perjuangan melawan penjajah dengan membantu anggota RPKAD yang diterjunkan di Papua selama Tri Komando Rakyat (Trikora). Dia juga menyerahkan Piagam Kota Baru yang menegaskan kesetiaan rakyat Papua kepada wilayah kesatuan Indonesia.