Setelah kembali dari Mesir, TGB mulai berdakwah di Pesantren As Syafi'iyah Pulo Air yang dimiliki oleh KH Abdullah Syafii. Ia kemudian kembali ke Pancor untuk mengelola Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor, yang telah menjadi peninggalan keluarga sejak tahun 1999 hingga saat ini.
Di bawah kepemimpinan TGB, Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor mengalami perkembangan pesat dari segi fisik, prasarana, sumber daya, dan jumlah santri.
Karena aktivitas dakwahnya yang melibatkan seluruh penjuru Lombok atas undangan jamaah setelah kembali dari Mesir, ia diberi julukan Tuan Guru Bajang oleh masyarakat Pancor, mirip dengan panggilan yang diberikan kepada kakeknya, Almagfurullah Maulana Syaikh ketika datang dari Makkah.
Sebutan Tuan Guru Bajang atau yang sering disingkat TGB adalah yang menjadi nama yang dikenal oleh masyarakat NTB bahkan di seluruh Indonesia.
Menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Al-Azhar selama 10 tahun, M Zainul Majdi melanjutkan studi ke tingkat S3 di universitas dan jurusan yang sama.