“Serta membentuk tim teknis yang telah berkooridinasi dengan KBRI singapore, untuk memeriksa riwayat kesehatan korban dan melakukan pendalaman dari sketsa pelaku dengan 282 data yang kita dapatkan dari disdukcapil,” tuturnya.
Idham pun menjawab alasan mengapa kasus penyiraman Novel ini dinilai lama dilakukan pengungkapan. Menurut dia, setiap kasus memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, tergantung denfan keberadaan alat bukti. “Penyidikan satu kasus sangat bergantung kepada alat bukti yang didapatkan penyidik. Oleh sebab itu, Karakteristik setiap kasus akan berbeda,” ucapnya.
Mantan kapolda Metro Jaya itu memberikan contoh dua kasus dengan tingkat kesulitan berbeda. Pertama, kasus yang mudah diungkap seperti pembunuhan keluarga di rumah di wilayah Pulomas. Tetapi, ada juga kasus yang sulit diungkap seperti misteri kasus pembunuhan terhadap Akseyna Ahad Dori, mahasiswa UI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan Biologi yang ditemukan tewas di Danau Kenanga, Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.
Kendati demikian, Idham menegaskan, Polri akan terus berusaha mengungkap siapa pelaku teror penyiraman air keras kepada Novel itu dengan langkah-langkah yang sudah dilakukan pihaknya. “Polri akan terus melakukan pencarian kepada pelaku, serta akan memberikan akses seluas-luasnya dari KPK untuk melakukan verifikasi akses penyidikan yang dilakukan oleh Polri,” tuturnya.
Turut hadir mendampingi Idham dalam raker bersama Komisi III DPR sejumlah petinggi lain Polri. Mereka di antaranya Wakapolri Komjen Pol Ari Dono Sukmanto; Kabarhakam Polri, Irjen Pol Firli Bahurian; Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Sigit; Kadiv Humas Polri Irjen Pol Muhammad Iqbal, hingga; 34 kapolda seluruh Indonesia.