Dia menambahkan inklusi dalam pendampingan anak dengan kebutuhan khusus sangat penting sebab makna dari inklusi ialah mengajak masuk atau mengikutsertakan. Dengan membangun lingkungan yang inklusi dan berkelanjutan, Puan berharap anak berkebutuhan khusus bisa mengekspresikan dirinya di lingkungan sekitar.
"Di dalam sebuah ruang yang inklusif, kita membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang memiliki sifat terbuka yang tidak membatas-batasi, yang melibatkan semuanya. Kita yang harus bisa memahami kebutuhan khusus mereka kita yang harus bisa menyesuaikan cara dalam memberikan pendidikan kepada mereka kita yang harus bisa beradaptasi dengan apa yang mereka perlukan dan butuhkan," ucap Puan.
Sanggar Inklusi Kinasih Wijaya dan Sanggar Kasih Sayang Bunda memiliki pendekatan yang mengedepankan peran dari orang tua dalam mengasuh anak. Hal itu penting untuk nantinya berpengaruh pada perkembangan sikap dan mental anak berkebutuhan khusus.
Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus tentunya akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengasuh anaknya. Oleh sebab itu Puan menilai diperlukan banyak dukungan bagi orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus.
"Kita semua harus bergotong royong untuk memastikan anak-anak kita yang memiliki kebutuhan khusus mendapat perhatian dan pendampingan yang khusus yang dapat membuat mereka tetap aktif dan produktif dalam kehidupan bermasyarakat," ucapnya.
Lebih lanjut, Puan mendorong pemerintah agar memperhatikan setiap anak berkebutuhan khusus karena mereka bagian dari masa depan bangsa. Dia mengatakan Indonesia yang berlandaskan gotong royong harus berpihak terhadap warga negaranya yang membutuhkan bantuan. Termasuk kepada anak-anak yang ikut di sanggar inklusi.
"Indonesia adalah negara gotong-royong dan dalam negara gotong-royong maka tidak ada rakyatnya yang ditinggal, tidak ada rakyatnya yang diacuhkan," tutur Puan.
Puan sendiri mendorong setiap kepala daerah untuk membangun sanggar-sanggar inklusi. Hal tersebut dinilai sebagai bentuk kehadiran Pemerintah terhadap anak berkebutuhan khusus. Dia pun mendukung agar di setiap Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo memiliki satu sanggar inklusi.
“Kita semua akan bergotong-royong agar anak berkebutuhan khusus ini bisa berperan bagi pembangunan negara sesuai peran dan porsinya," tutur Puan.
Sementara itu Bupati Sukoharjo Etik Suryani yang mendampingi Puan berharap dengan hadirnya dua sanggar inklusi baru untuk anak berkebutuhan khusus di wilayah Sukoharjo akan memberikan dampak positif bagi para orang tua yang ingin memiliki edukasi tentang bagaimana mendampingi anak berkebutuhan khusus.
"Dulu sebelum ada sanggar inklusi anak-anak berkebutuhan khusus, keluarganya malu mempunyai putra putri seperti itu. Sekarang mereka senang dan aktif untuk bawa anak-anaknya untuk bersosialisasi, karena itu merupakan terapi yang baik bagi anak berkebutuhan khusus," ucap Etik.
Dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Sukoharjo, sudah ada 11 sanggar inklusi yang dibangun.
"Tinggal di Kecamatan Tawangsari, saat ini proses pembangunan," ujarnya.