Selain itu, Roy juga menyebutkan tiga ijazah milik Frono Jiwo, Hari Mulyono, dan Sri Murtiningsih yang menjadi dokumen pembanding dalam penyelidikan yang dilakukan Bareskrim. Dia menyebut, ketiga ijazah itu identik.
Namun saat dibandingkan, kata dia, ijazah Jokowi tidak identik dengan ketiga dokumen pembanding tersebut.
"Lucunya ijazah milik Joko Widodo 1120 tidak identik. Jadi tidak identik dengan tiga ijazah di atas," tutur dia.
Lalu, Roy menyoroti penulisan Achmad Soemitro dalam bagian ucapan terima kasih pada skripsi Jokowi. Menurut dia, penulisan itu janggal.
Sebab, nama Soemitro ditulis dengan gelar profesor. Padahal saat skripsi itu disusun, Soemitro belum dikukuhkan menjadi guru besar.
"Tidak ada lembar pengujian yang sangat penting dalam skripsi. Lembar pengujiannya tidak ada. Saya, Rismon, Dokter Tifa waktu lihat skripsi tidak ada, dan waktu itu sudah ditanyakan dan Prof Mening juga bingung kok gak ada," tuturnya.
"Kesimpulan dari ini semua. Skripsi yang cacat tidak akan lulus dan tidak akan ada yang asli," imbuhnya.