Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Presidium Kabinet Ampera memberikan instruksi untuk melanjutkan pembangunan. Namun dia memerintahkan untuk mengubah fungsi penggunannya menjadi gedung DPR/MPR.
Pembangunan akhirnya rampung saat masa pemerintahan Presiden Soeharto pada 1983. Terdapat lima bagian yang diserahkan kepada Sekretariat Jenderal DPR secara bertahap, yaitu:
1. Main Conference Building (1968)
2. Secertariat Building (1978)
3. Gedung Balai Kesehatan (1978)
4. Auditorium Building (1982)
5. Banquet Building (1983)
Nama-nama ruang dalam gedung juga sempat berubah beberapa kali. Awalnya menggunakan bahasa Inggris, kemudian diganti menjadi Sansekerta. Anggota MPR saat itu Salim Said mengusulkan perubahan lagi menggunakan nama yang bertahan hingga kini.
Salim Said berhasil mengumpulkan 300 tanda tangan anggota parlemen sebagai penguat petisi.
Grahatama diubah menjadi Gedung Nusantara, Lokawirasabha Tama (Gedung Nusantara I), Ganagraha (Gedung Nusantara II), Lokawirasabha (Gedung NUsantara III), Pustakaloka (Gedung Nusantara IV), Grahakarana (Gedung Nusantara V), Samania Sasana Graha (Gedung Sekretariat Jenderal DPR RI), dan Mekanik Graha (Gedung Mekanik).
Patung Elemen
Wujud Patung Elemen pada dasarnya berupa tiga bulatan yang saling berhubungan dan berkesinambungan. Patung elemen itu hasil karya But Mochtar dari Departemen Seni Rupa ITB yang selesai dibangun pada 1977.
Itu lah sekilas sejarah gedung DPR/MPR. Sebagai kantor wakil rakyat, gedung tersebut juga kerap menjadi sasaran demonstrasi untuk menyalurkan aspirasi.