Pada tahap Kedua, pekerjaannya masih dilakukan di bawah pengawasan panitia Monas, hanya saja biaya pembangunannya bersumber dari Anggaran Pemerintah Pusat Sekretariat Negara RI. Pada tahap kedua ini pembangunan mengalami hambatan karena terbatasnya biaya.
Tahap ketiga pekerjaan berada dibawah pengawasan Panitia Pembina Tugu Nasional dan biaya yang digunakan bersumber dari Pemerintah Pusat c.q Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunakan Daftar Isian Proyek (DIP).
Sekarang bangunan menyerupai lidah api setinggi 132 meter itu menjadi salah satu tempat wajib dikunjungi.
Bangunan ini menyimpan banyak sejarah Indonesia, terletak di Relief Sejarah Indonesia yang terdapat di sekeliling monumen. Relief tersebut menggambarkan sejarah Indonesia mulai dari masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern.
Ruang kemerdekaan berada di bagian dalam cawan monumen berbentuk amphitheater di mana banyak benda berlapis emas di ruang tersebut. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Indonesia, salah satunya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan yang disimpan dalam kotak kaca di dalam pintu gerbang berlapis emas.
Pelataran puncak berada di ketinggian 115 meter. Tempat ini menjadi favorit pengunjung karena bisa melihat pemandangan Kota Jakarta.
Tersedia teropong bagi pengunjung untuk melihat Jakarta.
Sementara itu di puncak Monumen Nasional terdapat cawan dilapisi emas seberat 50 kilogram dan terdapat lidah api atau obor sebagai simbol semangat perjuangan Rakyat Indonesia saat meraih kemerdekaan.
Itulah sejarah singkat Monumen Nasional singkat, tugu kebanggaan bangsa Indonesia.