Dalam biografi tersebut ditulis kutipan dialog antara Gajah Mada dengan Mahapatih Arya Tadah tentang istri atau perempuan.
"Perempuan adalah sumber kelemahan bagiku, Paman! Yang jika aku layani, akan menjadi penghambat semua gerak langkahku. Ke depan, aku tak ingin terganggu oleh hal sekecil apapun. Padahal, ke depan, Majapahit membutuhkan para lelaki perkasa, membutuhkan laki-laki yang tangguh, tidak takut darah tumpah dari tubuhnya, dibutuhkan laki-laki pilih tanding yang berani berkorban dan tidak terikat oleh waktu. Bagaimana seorang laki-laki bisa bebas dan berani meluaskan wilayah Majapahit, yang untuk keperluan itu mungkin harus dengan pergi bertahun-tahun jika dia terikat oleh seorang istri, terikat oleh anak atau keluarga. Bagaimana aku bisa mewujudkan semua impianku itu jika aku terganggu makhluk perempuan bernama istri, yang merengek merajuk. Istri atau perempuan bagiku tidak ubahnya rasa lapar dan haus yang harus dilawan," kata Gajah Mada.
Gajah Mada mampu mewujudkan Sumpah Palapanya dengan mempersatukan Nusantara di bawah panji Kerajaan Majapahit. Pelaksanaan politik penyatuan Nusantara dilakukannya selama 21 tahun lamanya.