"Saya sudah sampaikan sejak 2015-2016, bahkan dua bulan lalu saya kembali menulis soal ini. Saya ditanya apakah percaya negara harus punya teknologi tinggi, saya jawab iya. Tapi saya juga bilang ini mahal sekali dan tidak mungkin, meski dibilang mungkin," ucapnya.
Salah satu faktor yang disebut Agus sebagai penyebab membengkaknya utang , yaitu peralihan proyek dari Jepang ke China.
Menurutnya, Jepang menawarkan skema pinjaman dengan bunga 0,1%, sedangkan proposal dari Cina mencapai 2%. "0,15% saja sudah tidak bisa dibayar, apalagi 2%. Saya sempat kaget dan berdebat soal ini. Tapi ya sudah, sekarang kita hadapi saja," katanya.
Menanggapi pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya yang menyebut utang tersebut bukan tanggung jawab APBN, Agus menilai hal itu sebagai hak menteri untuk menyampaikan pendapat.
Namun, Dia menegaskan bahwa pada akhirnya, ini tetap menjadi tanggung jawab negara. "Siapa pun yang mau bayar, yang penting dibayar. Jangan bikin malu. Tapi jangan juga minta naikkan pajak," katanya.
Dia menyarankan agar pemerintah segera menyusun skema pembayaran yang jelas dan melibatkan DPR dalam pembahasan anggaran. Menurutnya, meski bukan ahli keuangan, prediksi yang dia sampaikan sejak awal kini terbukti.