“Dalam kondisi itu, pilot Kepolisian Udara harus mengambil keputusan cepat. Di tengah hembusan angin kencang dan jarak pandang terbatas, ia memilih satu-satunya titik yang memungkinkan, sebuah lokasi sempit yang sebenarnya sangat berisiko, namun menjadi harapan terakhir bagi warga yang menunggu pertolongan,” kata Sandi.
Masyarakat yang berada di sekitar lokasi langsung menghampiri helikopter untuk menerima bantuan yang diturunkan. Proses distribusi dilakukan secara bertahap, meski berbagai tantangan operasional masih membayangi.
“Dengan manuver presisi, helikopter ditahan pada ketinggian rendah. Awak udara bersiaga, memastikan paket-paket bantuan jatuh tepat sasaran tanpa membahayakan warga. Keputusan ini bukan tanpa bahaya. Tapi demi saudara-saudara kita yang bertahan di tengah banjir Aceh Tamiang, risiko itu harus diambil. Karena di momen genting seperti ini, keselamatan banyak jiwa jauh lebih penting dari apa pun,” ujarnya
Operasi udara ini menjadi salah satu upaya krusial Polri untuk menjangkau wilayah yang terisolasi akibat banjir bandang, memastikan bantuan tetap sampai di tangan warga yang membutuhkan.