JAKARTA, iNews.id - Afghanistan kini telah dikuasai kelompok Taliban setelah berhasil menjatuhkan pemerintahan Presiden Ashraf Gani yang didukung Amerika Serikat (AS). Situasi negara itu hingga saat ini masih mencekam. Bagaimana akhir dari krisis di Afghanistan? Apakah Taliban mampu memimpin Afghanistan keluar dari konflik? Ikuti perkembangan di News RCTI+.
Seperti diketahui, Taliban kini menguasai Afghanistan pascapenarikan pasukan AS dari negara penuh konflik tersebut. Sebelumnya negara adidaya tersebut telah berada di Afghanistan selama 20 tahun.
Tanpa bantuan pasukan AS, Pemerintahan Afghanistan di bawah Presiden Ashraf Ghani tidak mampu melawan gempuran massif kelompok Taliban. Satu per satu wilayah di Afghanistan jatuh ke tangan kelompok milisi itu. Terakhir, Kabul, yang merupakan jantung pemerintahan Afghanistan juga telah berhasil ditaklukkan dan dikuasai oleh Taliban pada Minggu (15/8/2021) lalu.
Tidak butuh waktu lama bagi Taliban untuk menguasai Afghanistan pascamundurnya AS dari negara tersebut. Bahkan, ratusan ribu tentara Afghanistan yang diklaim telah dilatih dan dibiayai AS juga tak berkutik melawan pasukan Taliban.
Perlawanan pasukan pemerintah berhenti setelah Kabul diambil alih. Taliban juga sudah memasuki kompleks kepresidenan. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah melarikan diri ke Uni Emirat Arab (UEA). Para pejabat lain juga kabur menyelamatkan diri.
Pada Kamis (19/8/2021), Taliban secara resmi telah mendeklarasikan negara baru untuk Afghanistan yang bernama Imarah Islam Afghanistan atau Islamic Emirate of Afghanistan. Pengumuman ini bertepatan pada hari kemerdekaan Afghanistan yang lepas dari penjajahan Inggris pada 102 tahun lalu.
Dalam pernyataannya, Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid menyatakan segera membentuk pemerintahan baru dan siap bekerja sama dengan komunitas internasional. Mereka juga berkomitmen menjaga hak-hak perempuan di bawah hukum Islam.
Selama 20 tahun bercokol, Paman Sam telah menghabiskan dana yang sangat besar untuk mendukung pemerintahan Afghanistan dalam melawan Taliban. Brown University memperkirakan total pengeluaran AS selama berada di sana 2,26 triliun dolar AS. Ada data lain, yang menyebut AS sudah mengeluarkan Rp30.000 triliun.