"Konteksnya itu sebenarnya bagaimana menciptakan sesuatu sistem pendidikan yang didukung dengan teknologi, awalnya seperti itu. Jadi tidak ada juga soal harus menggunakan Chrome atau juga untuk mengadakan Chromebook seperti itu," ungkapnya.
Dikonfirmasi masih terpisah, Najelaa mengakui dirinya memang tergabung dalam beberapa grup dengan Nadiem. Dalam grup itu, ia memberikan saran maupun usulan dan kebijakan pendidikan sesuai rekomendasi peran Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK).
"Namun, saya tidak pernah ikut membahas baik secara langsung maupun dalam WA group khusus tentang persiapan atau perencanaan pengadaan Chromebook dan peralatan Teknologi Informasi karena program ini bukan lah merupakan bagian dari lingkup pekerjaan PSPK yaitu substansi kebijakan pendidikan, bukan sarana dan prasarana," tutur dia.
Sementara itu, diketahui grup itu dibentuk untuk menindaklanjuti arahan Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) yang meminta Nadiem masuk ke kabinetnya. Grup dibentuk pada 28 Agustus 2019 dan diisi oleh sejumlah stafsus Nadiem, termasuk Tabrani selaku ahli di bidang pendidikan.