"Praktis daya dukung Sandi saat debat hanya tampilan jas mahal yang justru menjadi kontras dengan sosok ulama yang sederhana. Begitu kuatnya kharisma kiai Ma'ruf sehingga praktis Sandi memiliki hambatan untuk menyampaikan gagasan besar yang segar," tutur Hasto.
"Hasilnya kiai Maruf menampilan berbagai terobosan yang bersemangat muda, seperti opera house, 10 years challenge, kehadiran decacorn dll. Terbukti kualitas pemimpin ditentukan pada karakter dan kematangan jiwa, bukan pada penampilan fisik," tambahnya.
Pun, menurut Hasto, hasil survei terbaru Litbang Kompas juga menunjukkan hal yang tidak jauh berbeda. "Perkiraan hasil mencapai 56.8 persen untuk Jokowi-KH Ma'ruf Amin dibandingkan Prabowo-Sandi 43.2 persen sebagai gambaran pematangan maksimum pendukung die-hard masing-masing paslon," tuturnya.
Dia menjelaskan, seluruh parpol Koalisi Indonesia Kerja (KIK) usai konsolidasi dengan para kepala daerah, wakil kepala daerah, dan pimpinan DPRD, semakin memerkuat gerak terotorial guna memertebal selisih kemenangan bagi Jokowi-KH Maruf Amin.
Ke depan, dia menambahkan, usai kemenangan Jokowi-Maruf Amin harus diikuti langkah konsolidasi persatuan dan kesatuan bangsa secara masif dan melalui pendekatan multidimensional.
"Apapun pemilu hanya alat untuk mencari pemimpin. Seluruh Parpol Pendukung Pak Jokowi akan kedepankan langkah rekonsiliasi akibat ketegangan politik selama pemilu," kata Hasto.