"Ada bukaan perusahan (BUMN), padahal dalam hati pengen S2. Eh, ikut tes kok lolos-lolos terus. Beneran ternyata lolos dan diterima, sementara waktu itu LPDP belum pengumuman," tutur dia.
Setelah diterima di perusahaan BUMN, ia diharuskan melakukan penandatanganan kontrak. Di sana ia merasa sangat galau karena hatinya masih tertuju untuk melanjutkan pendidikan S2.
"Saya datang sudah mau sign kontrak. Di hati galau, ini bukan jalanku. Akhirnya last minute telepon keluarga, izin boleh nggak kalau nggak diambil. Akhirnya ibu izinin bilang kalau ini jalan hidup saya. Akhirnya saya ambil jalan itu," ucap dia.
Fajar pun melepaskan BUMN demi S2 di luar negeri. Gayung bersambut, beberapa waktu setelahnya, ia pun dinyatakan lulus beasiswa LPDP di KTH Royal Institute of Technology di Swedia.
Pada tahun 2019, Fajar menempuh pendidikan S2 di Swedia. Di sana, ia mengukir berbagai prestasi, salah satunya menjadi 20 inovator muda terbaik di dunia James Dyson Award.