Henry menuturkan, kekalahan Ganjar-Mahfud di Jawa Tengah juga tidak terlepas dari mobilisasi kekuasaan. Mobilisasi terjadi mulai dari pengerahan aparatur negara, hingga intimidasi yang dilakukan pihak polsek dan polres.
"Tanpa itu tidak akan ada selisih suara seperti itu. Kami punya bukti ada kepala desa yang dipaksa oleh polisi, ada juga bukti warga masyarakat mau milih ini tapi diarahkan ke paslon lain, dan akan ada kapolda yang kami ajukan,” ujarnya.
Dia mencontohkan, dugaan intimidasi untuk tidak menggunakan hak pilih terjadi di Kabupaten Sragen, Jateng. Partisipasi pemilih pun cukup rendah berkisar 30 persen.
“Di sini terlihat terencana semua, Jokowi melakukan intervensi terhadap hukum dan pelaksana hukum,” kata Henry.