Dalam mekanisme kerja GeNose, Kuwat menjelaskan ketika bakteri atau virus menginfeksi maka tubuh manusia akan menghasilkan senyawa volatile yang spesifik. Senyawa volatile dari embusan nafas dideteksi oleh larik sensor gas. Kemudian, akan terjadi respons yang membentuk pola khas.
Pola khas itu akan dianalisis berbasis kecerdasan buatan dengan machine learning atau deep learning. Dari hasil analisis itu akan diketahui seseorang terkena covid-19 atau tidak.
Untuk mendapatkan embusan nafas itu, setiap orang menempelkan mulut ke katup dan meniup alat penampung nafas. Setelah itu, hasil embusan nafasnya ditampung dan langsung dikoneksikan ke perangkat GeNose untuk dianalisis.
Kuwat mengatakan kemampuan produksi GeNose yang dilakukan UGM bersama mitra diperkirakan mencapai 50.000 unit hingga 100.000 unit per bulan. Alat itu dinilai lebih terjangkau dibanding mesin PCR.