JAKARTA, iNews.id - Berdasarkan data Jasa Raharja, kecelakaan lalu lintas adalah pembunuh terbesar ketiga dan penyebab utama kematian anak usia 10-24 tahun. Mereka mencatat dalam setiap jam ada 5 orang meninggal dunia sia-sia karena kecelakaan lalu lintas.
Sementara Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas Polri), sepanjang Januari hingga Juni 2025 mencatat 70.749 kejadian kecelakaan lalu lintas dengan 11.262 korban meninggal dunia. Angka ini menunjukkan penurunan 2,6 persen dibandingkan 2024, yang mencatat 72.638 kasus dengan 13.781 korban jiwa. Namun, angka tersebut tetap menjadi alarm serius bagi semua pihak untuk memperkuat komitmen terhadap keselamatan transportasi.
Kendaraan yang paling banyak terlibat kecelakaan lalu lintas (lalin) adalah sepeda motor dengan angka 94.339 unit sepanjang Semester I 2025. Perilaku terbanyak pengemudi yang memicu kecelakaan adalah tak mampu menjaga jarak aman antarkendaraan.
Kepala Kantor PT Jasa Raharja Wilayah Bengkulu, Fitri Agustina, mengatakan, hasil analisis mendalam terkait anatomi kecelakaan lalu lintas (Laka Lantas) periode 2023-2024, menunjukkan adanya tren peningkatan pembayaran santunan hingga 14,9 persen. Dia menyebutkan korban didominasi laki-laki yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.
"Hingga Oktober 2025, total pembayaran santunan di wilayah Bengkulu mengalami kenaikan 9,2 persen secara keseluruhan. Kenaikan santunan untuk korban luka-luka bahkan mencapai 14,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024," ujar Fitri dalam seminar dan kampanye keselamatan lalu lintas “Membangun Budaya Berkendara Aman dan Bertanggung Jawab”, Selasa (18/11/2025).
Direktur Utama PT SAN Putra Sejahtera (PO. SAN) Kurnia Lesani Adnan (Sani) mengatakan kesadaran berlalu lintas harus dimulai sejak dini. Budaya berkendara yang aman dan bertanggung jawab bukan hanya soal aturan, tetapi soal moral dan kebiasaan. Kesadaran ini harus ditanamkan sejak kecil, dimulai dari keluarga dan diperkuat melalui pendidikan di sekolah.