Sebelumnya, Gaikindo mengoreksi target penjualan mobil di Indonesia pada 2025. Setelah melakukan evaluasi terhadap laporan penjualan hingga November 2025, asosiasi memproyeksikan total penjualan tahun ini hanya mencapai 780.000 unit, jauh lebih rendah dari proyeksi awal yang berkisar 900.000 unit.
Jongkie mengungkapkan realisasi penjualan pada 11 bulan terakhir hanya berada di angka 710.000 unit. Kondisi ini menurunkan optimisme pencapaian target penjualan yang sebelumnya sejalan dengan hasil 2024.
“Bila melihat dari capaian November ini sulit mencapai target yang ditetapkan sebelumnya. Di mana pencapaian di bulan November angka yang dihasilkan adalah 710.000 unit, jika diambil 10 persen ya maka ketemulah di angka 780.000,” ujar Jongkie.
Menurut Jongkie, penurunan sekitar 10 persen ini cukup mencolok, bila dibandingkan penjualan mobil nasional pada 2024 mencapai 865.000 unit. Situasi tersebut juga membuat Indonesia berpeluang tertinggal dari negara tetangga. “Tahun ini mungkin kita kalah dari Malaysia,” ucapnya.
Dampak Situasi Global terhadap Penjualan
Penurunan penjualan kendaraan di Indonesia tidak terlepas dari tekanan global. Jongkie menyebut ada dua faktor utama yang menahan laju pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor tahun ini.
Pertama adalah kondisi geopolitik dunia yang memanas, terutama konflik antarnegara yang mempengaruhi kestabilan ekonomi global. Kedua adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Meski Indonesia tidak mengimpor kendaraan dari Amerika Serikat, hubungan antara dua negara besar ini ikut menimbulkan efek domino terhadap pasar otomotif nasional.
“Kita sih untuk Amerika memang produk kendaraannya kita tidak impor, tapi pengaruhnya berada di ekspansi mobil-mobil China,” ucap Jongkie.
China disebut semakin agresif memperluas pasar otomotif ke banyak negara, termasuk Indonesia. Hal ini otomatis menekan kompetisi di dalam negeri serta mempengaruhi stabilitas pasar.