Mazda CX-60 dibekali dengan tiga mode berkendara, Normal, Sport dan Offroad. Mode normal cocok digunakan aktivitas sehari-hari khususnya saat melintas di jalanan perkotaan seperti Kota Semarang dan Jakarta.
Sedangkan untuk mode sport mesin melaju dengan ekstra tenaga lebih besar dan cepat. Ini bisa digunakan untuk menyalip pada kecepatan tinggi atau situasi yang membutuhkan akselerasi lebih cepat.
Handling pada mobil ini juga terasa lebih ringan. Saat dipacu di atas 120 kilometer per jam di Tol Banyumanik, Mazda CX-60 tetap stabil dan tidak limbung saat menyalip kendaraan lain. Mobil ini terasa nyaman saat mesin tipe in-line, 6 silinder DOHC 24 valve itu digeber.
Sementara untuk mode offroad cocok digunakan ketika mobil melintasi jalan rusak, berkerikil dan menanjak.
Untuk mengaktifkan mode berkendara pada Mazda CX-60 cukup mudah. Pengemudi cukup menekan tombol di konsol tengah yang letaknya sangat ergonomis.
Setelah itu, pada layar di dashboard muncul opsi mode berkendara seperti Sport, Normal dan Offroad kemudian pengemudi tinggal memilihnya sesuai kebutuhan. Bila sudah dipilih maka warna di layar instrumen akan berubah.
Usai keluar Tol Banyumanik, rombongan menuju arah Magelang melewati Jalan Jenderal M Sarbini dengan pemandangan indah areal persawahan yang masih terlihat sangat asri dan hijau walaupun musim kemarau panjang.
Rombongan test drive Mazda CX 60 Goes To Jawa Tengah tiba di Benteng Fort Willem 1 yang terletak di Warung Lanang RT 07 RW 03 Kelurahan Lodoyong, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Di Benteng bekas kolonial Belanda ini rombongan sempat melaksanakan sesi pemotretan terhadap dua varian Mazda CX 60 yaitu Kuro White dan Elite Platinum Quartz.
Kedua varian pada dasarnya memiliki mesin dan fitur sama. Perbedaan keduanya dari segi tampilan pada grill, desain interior, dan juga velg.