Menanggapi hal tersebut, Anton Jimmi Suwandy, marketing director PT Toyota Astra Motor (TAM), menegaskan hal tersebut tidak akan mengubah komitmen Toyota. Mereka akan tetap menawarkan berbagai pilihan jenis mobil ramah lingkungan.
“Toyota tak hanya menyediakan BEV tapi juga menyediakan produk yang lebih variatif. Tujuannya apa? Indonesia ini kan sangat luas dan konsumen sangat bervariasi, jadi kami berkomitmen tidak bisa hanya satu produk yang memenuhi kebutuhan tersebut,” ucap Anton di JCC.
Menurut Anton, menawarkan berbagai pilihan powertrain yang disebut multi-pathway menjadi cara tepat untuk memperkenalkan kendaraan listrik ke masyarakat. Ini dianggap mempermudah konsumen dalam mengenal teknologi baru.
“Bahkan mulai dari segmen LCGC dengan keiritan (BBM) 1:21. Lalu ada hybrid, plug-in hybrid, dan juga BEV. Jadi harapan kami dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang sangat beragam,” ujarnya.
Produsen lain yang memasarkan mobil litrik dan hybrid di Indonesia adalah Wuling. Brand Manager Wuling Motors Indonesia Dian Asmahani menegaskan pihaknya akan mengikuti apa yang ditetapkan oleh pemerintah.
“Kami mengikuti peraturan pemerintah seperti apa, karena kami yakin pemerintah saat mengeluarkan peraturan juga sudah banyak pertimbangannya. Jadi, kita ikuti (keputusan) pemerintah seperti apa,” kata Dian di Jakarta Pusat.
Mobil hybrid dianggap sebagai langkah pertama sebelum beralih ke kandaraan listrik berbasis baterai. Terlebih, saat ini infrastruktur untuk kendaraan listrik di Indonesia seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) belum tersebar secara merata.