PARIS, iNews.id - Dua pekan lalu, Chief Executive Nissan Hiroto Saikawa menyatakan, rencana Nissan merger dengan Renault sebagai ide tidak masuk akal. Bahkan, dia menilai akan memiliki "efek samping".
Namun, Bos Renault-Nissan Alliance Carlos Ghosn memiliki pendapat berbeda. Berbicara pada pertemuan Bloomberg's Sooner Than You Think di Paris, Prancis, Ghosn melihat gagasan tersebut sebagai tantangan. Dia menyebutkan penggabungan kemungkinan besar tak akan terjadi sebelum 2020.
"Banyak merger meruntuhkan dan menghancurkan nilai - kekuatan perusahaan mana pun adalah kemampuan untuk memotivasi orang, dan bagaimana Anda akan melakukan itu jika beberapa dari orang-orang ini menganggap diri mereka warga kelas dua," kata Ghosn.
Meski demikian, Ghosn percaya salah satu kemungkinan untuk membentuk hubungan yang lebih erat antara perusahaan memastikan mereka tetap sukses bergerak maju.
“Ini adalah sesuatu yang kami butuhkan untuk membawa solusi, dan kami membutuhkan solusi yang spesifik. Mari mencoba dan menemukan sesuatu yang akan meyakinkan para pemangku kepentingan bahwa ini akan terus berlanjut. Tapi, pada saat yang sama mempertahankan identitas (masing-masing merek),” katanya.
Aliansi yang tidak seimbang antara Nissan dan Renault melihat pabrikan Jepang memegang 15 persen saham Renault dan tidak ada hak suara. Sebagai perbandingan, Renault memiliki 43,4 persen di Nissan dan mampu memberikan suara pada perusahaan. Pemerintah Prancis juga memiliki 15,1 persen saham di Renault.