JAKARTA, iNews.id - Adopsi mobil listrik saat ini semakin berkembang di sejumlah negara. Hal ini terjadi karena insentif yang diberikan negara masing-masing demi menekan harga jual, termasuk pemerintah di Indonesia.
Namun, lembaga survei J.D. Power memprediksi penjualan mobil listrik akan berjalan lambat tanpa ada insentif. Bahkan, penurunannya bisa sampai 60 persen, seperti yang terjadi di Amerika Serikat usai insentif diberhentikan.
Dilansir Carscoops, Kamis (30/10/2025), pemerintah AS sebelumnya memberikan insentif sebesar 7.500 dolar AS atau setara Rp124,5 jutaan untuk setiap mobil listrik. Bahkan, mobil listrik bekas juga diguyur insentif 4.000 dolar AS setara Rp66,4 jutaan.
Berdasarkan data J.D. Power dan GlobalData, penjualan ritel mobil listrik di AS pada Oktober 2025 diprediksi menyentuh angka 54.673 unit. Meski terlihat tinggi, angka itu turun 43,1 persen dibandingkan Oktober 2024 sebesar 96.085 unit.
Angka tersebut juga turun drastis dibandingkan September 2025 yang mencatatkan penjualan ritel 136.211 unit. Artinya, jika benar penjualan ritel Oktober 2025 sebesar 54.673 unit, maka turun sebesar 59,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
"Industri otomotif sedang mengalami kalibrasi ulang yang signifikan di segmen kendaraan listrik. Koreksi pasar kendaraan listrik baru-baru ini menggarisbawahi pelajaran penting: Konsumen lebih suka memiliki akses ke berbagai pilihan mesin," ujar analis data J.D. Power, Tyson Jominy.