WASHINGTON, iNews.id - National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) melaporkan penerapan sistem rem darurat otomatis (AEB) pada sejumlah kendaraan. Tercatat, Tesla dan Mercedes-Benz berada di ranking teratas dalam penggunaan AEB lebih dari 95 persen.
Dilansir dari Autopro, Minggu (24/12/2017), Tesla menjadi "paling positif" sekitar 99,8 persen kendaraannya memiliki teknologi standar AEB dan Mercedes-Benz 96 persen. Mobil premium lainnya, Volvo, Toyota, BMW dan Audi hanya sekitar 50 persen. Sementara GM dan Honda, jumlahnya masing-masing 20 persen ​​dan 30 persen.
Bagi sebagian merek mobil sistem AEB hanya ada sebagai bagian paket opsional dengan harga lebih tinggi. Merek kendaraan lainnya yang telah menerapkan adalah Subaru (47 persen), Volkswagen (36 persen), dan Maserati/Alfa Romeo (30 persen).
Tahun lalu, 20 produsen menandatangani kesepakatan "sukarela" dengan NHTSA, berjanji bahwa pada September 2017 hampir semua kendaraan ringan memiliki rem darurat standar, setara dengan 99% dari penjualan mereka di pasar AS.
Hal ini menyusul jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas di Amerika Serikat pada 2016 naik 5,6 persen menjadi 37.461. Untuk korban pejalan kaki meningkat 9 persen menjadi 5.987, tertinggi sejak 1990.
American Insurance Institute (IIHS) berharap rem otomatis dapat mencegah 28.000 tabrakan dan 12.000 cedera pada 2025.
"Jumlah kendaraan yang dilengkapi dengan rem otomatis merupakan berita bagus bagi pengemudi dan penumpang. Pabrikan akan memperluas teknologi, memungkinkan kendaraan untuk melihat dunia di sekitar mereka dan beroperasi lebih aman," ujar Sekretaris Transportasi AS, Elaine L Chao.
Namun, analisis Consumer Reports menunjukkan produsen perlu berbuat lebih banyak bila hanya 19% pada 2017 kendaraan yang dilengkapi dengan teknologi ini sebagai standar. Di mana Fiat Chrysler, Ford, Hyundai, Kia dan Mitsubishi menggunakan AEB kurang dari 10 persen.
Jaguar Land Rover dan Porsche tidak melengkapi dengan teknologi ini untuk mobil manapun dalam satu tahun terakhir.
Untuk kendaraan yang dilengkapi sistem pengereman darurat, sistem secara otomatis akan aktif saat "merasakan" hambatan di depan dan pengemudi tidak merespons pada waktunya. Teknologi ini membutuhkan lebih banyak sensor dan perangkat lunak daripada pengereman konvensional, serta biaya penggunaan juga meningkat.
Di sisi produsen mobil, mereka butuh lebih banyak waktu untuk memasang sistem yang menggunakan radar atau kamera pada kendaraan.