Seluruh calon pemudik terlihat dengan antusias menunggu kehadiran bus yang telah mereka pilih sebagai sara angkutan ke kota tujuan. Salah satu yang membuat kita bernostalgia adalah kardus-kardus yang diikat dengan rapih.
Biasanya, kardus-kardus tersebut berisikan oleh-oleh dari kota rantauan mereka untuk dibagikan ke sanak-saudara di kampung halaman. Jelas, suasana yang ada dalam video tersebut membuat kangen momen mudik lebaran Idul
Fitri.
Saat itu, Pangdam Jaya Mayjen TNI Sutiyoso melakukan pemantauan di Terminal Pulo Gadung untuk melihat ketertiban pada momen mudik. Bahkan, hanya ada satu kasus perampasan uang dan cincin, serta satu kali percobaan perampasan.
“Saya ingin melihat secara langsung, apakah jumlah arus pemudik dengan sarana angkutan yang tersedia imbang apa tidak? Jadi saya gembira bahwa ternyata masih imbang,” kata Mayjen TNI Sutiyoso di kutip dari unggahan video RCTI Files di YouTube.
Bukan hanya menggunakan bus, kereta api juga menjadi andalan para pemudik sejak dahulu karena dianggap lebih efisien. Terlihat juga dalam unggahan video tersebut Stasiun Tugu, Yogyakarta, dan Stasiun Balapan Solo terjadi pelonjakan penumpang.
Bahkan, di Stasiun Balapan Solo tercatat ada sekitar 75 ribu pemudik yang tiba dengan diangkut oleh 6 rangkaian kereta api dari Jakarta. Ini menandakan bahwa momen mudik lebaran akan dimanfaatkan sebaik mungkin bagi mereka yang memiliki kesempatan pulang ke kampung halaman.
Masyarakat Indonesia juga memanfaatkan transportasi laut dan udara untuk mudik, jika kampung halaman mereka berada di luar Pulau. Di mana terlihat pada Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, tercatat ada 11.600 orang datang yang diberangkatkan dari Pelabuhan Ujung Pandang.
Sementara itu, penerbangan di Palembang, Sumatera Selatan, mencatatkan kenaikan penumpang sebesar 11 persen dibandingkan hari biasa. Meski diangkut menggunakan pewawat kecil, mereka terlihat membawa barang yang cukup banyak dari kota rantauan mereka.