"Untuk rem belakang motor saat ini banyak yang sudah cakram namun masih ada juga yang tromol," terang Tulus.
Untuk rem belakang yang masih tromol bekerja dengan memaksimalkan kabel atau sling. Saat pedal atau tuas rem belakang ditekan maka tuas akan menarik sebuah lengan yang ada di dekat rem tromol.
Di dalam lengan terdapat pin yang akhirnya membuka sepatu kampas rem. Alhasil sepatu kampas rem yang tertutup jadi terbuka sehingga membuat pengereman terjadi.
Lalu bagaimana dengan pengereman di mobil? Tulus mengatakan pengereman di mobil juga menggunakan sistem hidrolis. "Saat pedal rem diinjak menyalurkan minyak disalurkan ke rem di masing-masing roda serta mendorong kaliper ke kampas rem hingga terjadi pengereman," jelasnya.
Perlu dicatat ada beberapa perbedaan antara kampas rem motor dengan rem mobil. Hal itu berkaitan dengan ukuran dan juga sistem pemberian udara saat pengereman terjadi.
Cakram rem mobil memiliki kipas yang berfungsi untuk mengeluarkan angin sangat pengereman terjadi. "Pengereman akan terjadi panas, jika tidak diberi sirkulasi yang baik maka akan jadi blong. Rem yang terlalu panas membuat piringan cakram tidak mencakram dengan baik," ujar Tulus.
Untuk rem belakang mobil juga masih ada yang menggunakan tromol. Sistem kerjanya memang masih sama dengan rem tromol di sepeda motor. Hanya saja perbedaannya ada di bagian sepatu rem yang tidak dilengkapi dengan lengan layaknya motor.
Lengan tersebut justru diganti oleh satu komponen berbentuk pin yang seperti pulpen. "Saat selang masuk mendorong minyak maka akan membuat komponen tersebut mendorong sepatu kampas," tegasnya.
Tulus mengatakan sistem rem kerja hidrolis juga ada di bus. Sistem itu tidak bekerja dengan hidrolis saja tapi juga udara yang dinamakan Air Over Hidraulic yakni campuran angin dan minyak.
Cara pengeremannya pada dasarnya sama. Cuma saat pedal rem bus diinjak yang terdorong bukan minyak tapi angin. "Angin mendorong sampai ke chamber rem. Di chamber rem baru ada minyak dan baru minyak itu mendorong ke pin sehingga mendorong kampas rem terbuka dan terjadi pengereman," ujar Tulus.
Dari konsep itu tentu banyak orang bertanya mengapa bus masih menggunakan rem tromol bukan rem cakram seperti mobil kebanyakan. Menurut Tulus berdasarkan penelitian para ahli rem tromol justru paling ideal digunakan di kendaraan yang mengangkut beban berat.
Selain itu lebih efisien saat pengoperasiannya serta kepentingan bisnis. Namun perlu juga diketahui bus juga ada yang menggunakan sistem pengereman Full Air Brake.
Menurut Tulus sistem kerja rem Full Air Brake tidak lagi menggunakan minyak. Jadi tidak ada minyak di chamber rem. "Yang dorong pin langsung angin sehingga lebih kuat dan keempat roda-rodanya pake rem tromol kalau di bus," kata Tulus.
Lebih lanjut Tulus mengatakan Full Air Brake mengandalkan sepenuhnya pada angin. Dari situ dibutuhkan empat tangki angin untuk empat rem yang berbeda. Angin tersebut disuplai dari kompresor yang tersambung dari mesin.
Angin yang ada di setiap tangki jika berada dalam kondisi penuh menurut Tulus bisa melakukan pengereman 10-12 kali. Tekanannya pun sangat kuat meski rem yang digunakan berbentuk tromol.
Saat ini kebanyakan bus menurut Tulus menggunakan sistem Full Air Brake. Berkaitan itu ada perbedaan besar antara rem tangan bus Full Air Brake dengan rem tangan mobil kecil.
"Buat yang sekarang yang sudah Full Air Brake, sistem ini mengunci roda belakang lewat tekanan angin. Saat tekanan angin habis atau kurang, otomatis roda ngunci. Jadi ngunci walau angin kosong. Bus tidak akan gerak," kata dia.
Beda dengan rem tangan mobil yang kala diaktifkan akan mengunci roda belakang. "Bentuk rem tangannya juga beda kalau rem tangan mobil lebih banyak ditarik ke atas," jelasnya.