Lei jun mengaku sudah menanam investasi 10 miliar Yuan atau sekitar Rp21,7 triliun. Dia juga telah merekrut sebanyak 3.400 orang agar Xiaomi bisa membuat mobil listrik. Investasi besar-besaran itu terpusat di pabrik mobil listrik Xiaomi wilayah Shenzhen, China.
"Yang saya khawatirkan adalah mobilnya tidak popular dan tidak ada yang mau beli," ujarnya, dengan nada serius.
Lebih lanjut, Lei Jun mengaku masalah produksi juga jadi kekhawatiran besar. Waktu tunggu produksi dan distribusi mobil yang sangat panjang akan merugikan Xiaomi.
Bukan hanya sebagai produsen mobil listrik tapi juga citra dari perusahaan elektronik yang sudah punya nama besar. "Saya khawatir jika konsumen perlu menunggu mobil mereka hingga setahun, reputasi kami tercederai," ujarnya.
Meski punya kekhawatiran besar, Lei Jun dikutip South China Morning Post sangat bersemangat untuk bisa berjualan mobil listrik. Dia malah yakin mobil listrik Xiaomi bisa bersaing dengan Tesla.