TANGERANG, iNews.id – Gelombang "perang harga" mulai mengguncang industri otomotif Indonesia. Produsen mobil asal China secara agresif menekan harga jual—baik melalui peluncuran produk baru yang super murah maupun lewat potongan besar-besaran pada model yang sudah ada di GIIAS 2025. Fenomena ini pun mengundang perhatian serius para pelaku industri nasional.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, memandang fenomena ini sebagai bagian dari dinamika industri yang lebih luas dan kompleks. Dia menekankan faktor teknologi dan riset mendalam menjadi kunci utama dari persaingan harga yang terjadi saat ini.
"Perang harga itu adalah konsekuensi dari proses yang panjang. Salah satunya adalah teknologi. Teknologi itu dilatarbelakangi adanya R&D dari segala macam segi. Nah ini kan masyarakat juga diuntungkan dengan harganya lebih murah," ujar Kukuh saat ditemui di arena GIIAS 2025, ICE BSD City, Tangerang, Selasa (29/7/2025).
Menurutnya, kemajuan teknologi membuat struktur kendaraan menjadi jauh lebih efisien. Komponen yang dahulu rumit dan besar kini berubah menjadi sistem digital yang lebih simpel, layaknya peralihan dari jam analog ke smartwatch.
"Saya ambil contoh sederhana. Mobil-mobil lama, konvensional, itu masih pakai analog teknologinya. Misal speedometer masih pakai jarum, ada kabelnya, ada gigi-giginya. Sekarang dengan teknologi baru, sudah digital kayak handphone," katanya.
Kukuh menilai bahwa kompetisi harga yang tengah berlangsung masih dalam batas wajar. Selama itu tetap sehat dan didukung oleh riset teknologi, justru konsumen yang paling diuntungkan.