Berbeda dengan sopir bus pariwisata yang bertugas sesuai dengan carteran. Biasanya, sopir bus pariwisata baru akan mengalami waktu sibuk di saat-saat musim libur sekolah atau libur nasional.
Dikutip dari lama gajimu, Irwan salah seorang sopir bus pariwisata mendapat 10 persen dari pendapatan bus setiap kali dia pergi/narik. Misal, perusahaan mematok harga Rp2 juta untuk delapan jam pemakaian bus besar dengan tujuan ke Taman Safari, nah Irwan akan mendapat 10 persen dari Rp2 juta, jadi sekitar Rp200 ribu sekali jalan.
Irwan menyampaikan pendapatannya berbeda-beda setiap bulannya dari Rp2,2 juta sampai Rp3,5 juta.
Sementara sopir bus AKAP akan sibuk setiap hari dan menjadi lebih parah ketika sudah memasuki momen mudik Lebaran. Dari perbedaan waktu kerja ini, jelas membuat sopir bus AKAP akan lebih jarang pulang.
"Kalau dari Sumatera ke Jakarta, misalnya berangkat Kamis sampai hari jumat malam atau sabtu pagi. Di sana istirahat sehari semalam lalu minggu paginya berangkat. Nanti berangkat lagi ke Purworejo sampai malam Selasa. Terus pulang, istirahat, besok paginya berangkat lagi," kata Tomas Supriyanto, sopir bus AKAP Damri, dikutip dari tayangan YouTube Asumsi.
"Dalam sebulan ini kirim paketan, terus ngetrip kemarin ke Watu Gajah Semarang, lantas ke Semilir, terus ke kampung Rawa, dan makam Winogiri. Ya senangnya jadi sopir pariwisata bisa ikut jalan jalan, apalagi kalau seminggu empat trip," kata Pak Wito, sopir bus Pariwisata Nariswari.
Meski sopir bus AKAP tampak lebih keras dibanding bus pariwisata, namun menghasilkan pundi-pundi yang lebih besar, mengingat kebanyakan sopir bus dibayar dengan hitungan per trip.