"Kita dapat trayek 12, sebanyak 6 unit bus jurusan Jakarta-Cirebon, 6 unit Jakarta-Pekalongan. Kemudian armada bertambah menjadi 14 unit mencoba ke Purwokerto, kemudian mencoba ke Wonsosbo ke Timur, Setelah itu Purwokerto dan mencoba ke Cilacap," ujar H Rasyidin.
Pada 1997, perusahaan kemudian dilanjutkan putra Herman Rusly yang baru lulus kuliah dari Jerman, Teddy Kurniawan Rusly. Di mana Teddy saat ini menduduki jabatan sebagai Direktur Utama PO Sinar Jaya.
Pada era 1990-2000 an, bus-bus dikenal kerap adu cepat. Untuk keamanan dan keselamatan penumpang, perusahaan berupaya mengubahnya.
Ini sesuai dengan tagline yang disematkan PO Sinar Jaya, Aman, Terjangkau, Terpercaya. "Kami rajin turun ke lapangan, sehingga bisa mendengar suara dari penumpang," katanya.
Dia menyebutkan, pada saat itu pihaknya terus melakukan pengawasan terhadap sopir yang suka ugal-ugalan. "Tidak boleh lari cepat. Secara periodik dilakukan pendidikan dan pelatihan dengan mengundang polisi dan Dishub. Ini untuk pemantapan dan mengubah stigma raja jalanan. Kita menanamkan, orang yang ada di jalan harus dilindungi," ujarnya.
Langkah tersebut diakui H Rasyidin tidak mudah dibutuhkan waktu bertahun-tahun. "Alhamdulilah sekarang telah berhasil," katanya.
Selain itu, lanjut dia, PO Sinar Jaya juga menekankan harga tiket bus harus terjangkau penumpang. Ini karena perusahaan yang dibangun tidak semata untuk bisnis, tapi juga membantu masyarakat.
"Pada saat Lebaran bus biasanya suka menjual tiket tinggi. Ini sering dikeluhkan penumpang. Kami pun tersentuh dengan konsep harus jual murah, harus menolong warga Indonesia sebagai keluarga besar. Sebab itu walaupun ramai kami tetap menjual tiket sesuai dengan ketentuan pemerintah," ujar H Rasyidin.