2. Ivanna Lie
Ivanna Lie merupakan pemain bulu tangkis andalan Indonesia di era 1980-an. Bermula dari menjuarai Kejuaraan Daerah, Ivanna berhasil masuk ke pelatnas PBSI pada tahun 1976. Perjuangannya untuk bisa mengikuti kompetisi internasional tidak semudah yang dikira. Berniat untuk mengharumkan nama Indonesia, Ivanna justru terhalang masalah paspor dan kewarganegaraan.
Namanya mulai dilirik usai memenangkan Denmark Open 1979 dan Sea Games 1979. Pada Kejuaraan Dunia 1980, Ivana Lie berhasil menjadi finalis usai menundukkan Lene Koppen dari Denmark. Di babak final, terjadi all Indonesian final karena Ivanna Lie bertemu lawan yang merupakan rekan senegaranya, Verawaty Fajrin. Setelah bertanding dua gim dengan skor 11-1 dan 11-3, Ivanna Lie takluk oleh kelihaian Verawaty. Ia pun harus puas dengan raihan medali perak.
Selanjutnya, nama Ivanna Lie mampu bersinar dalam kejuaraan di Tanah air. Dia berhasil meraih double winner Indonesia Open 1983 pada nomor tunggal putri dan ganda campuran bersama Christian Hadinata.
Tak berhenti sampai di situ, Ivanna kembali hadir menjadi juara usai duet bersama lawannya di Kejuaraan Dunia, Verawaty. Mereka berdua berhasil menyabet gelar juara pada China Open, Indonesia Open, dan Taipei Open 1986. Dilansir dari situs resmi pbdjarum.org, setelah gantung raket, Ivanna diketahui menjadi komentator dari siaran bulu tangkis. Selain itu, ia juga pernah dipercaya menjadi Staf Khusus Menteri Pemuda dan Olahraga. Kini, Ivanna aktif bekerja di sebuah yayasan sosial dan sudah tidak bermain bulu tangkis lagi.
3. Tati Sumirah
Tati Sumirah adalah salah satu legenda bulu tangkis Indonesia yang berhasil meraih juara pada Piala Uber 1975. Tati sukses menjadi juara dalam tunggal putri usai mengalahkan perwakilan Jepang Atsuko Tokuda dengan skor 11-5 dan 11-2. Sebelumnya, Tati juga pernah meraih medali perak pada Asian Games 1974 dan medali perunggu pada Kejuaraan Bulu Tangkis Asia.
Perjalanan Tati dalam dunia bulu tangkis membawanya pada Kejuaraan Dunia 1980 yang diselenggarakan di Indonesia, tepatnya Jakarta. Tati berhasil mencapai babak semifinal tunggal putri. Menghadapi Verawaty Fajrin, Tati bermain tiga gim. Di gim pertama, ia kalah dengan skor 4-11. Pada gim selanjutnya, Tati mampu bangkit dan memenangi gim dengan skor 11-8. Akan tetapi, di gim berikutnya, Tati tertinggal jauh dari Verawaty dengan skor 3-11. Dengan hasil ini, Tati gagal maju ke final dan hanya mampu mengantongi medali perunggu.
Setahun setelahnya, Tati memilih untuk gantung raket. Namun sayang, hidup sang legenda kurang beruntung. Tidak seperti sekarang, para mantan atlet dulu sangat minim apresiasi. Hal itulah yang dirasakan oleh Tati. Dia tidak mendapatkan uang pensiun sama sekali, bahkan Tati harus bekerja menjadi kasir apotek untuk menyambung hidupnya. Beruntung, ada rekan-rekan yang membantu Tati mendapatkan pekerjaan di perpustakaan perusahaan minyak pelumas. Tati Sumirah mengembuskan napas terakhir pada 13 Februari 2020.