Meski menolak mengungkap detail perubahan yang dilakukan tim, Bagnaia menegaskan setelan baru ini membuat motornya jauh lebih stabil, terutama saat masuk dan keluar tikungan. “Motor biasanya mendorong keluar, sulit dikontrol, tapi kali ini terasa lebih seimbang,” ungkapnya.
Kemenangan Bagnaia di sprint kemarin tidak sepenuhnya mulus. Sistem ride height device pada motornya sempat rusak sejak awal balapan.
“Saya masih bisa menggunakan lowering device saat start, karena kalau tidak, itu akan menjadi masalah besar. Tapi setelah itu, tombolnya tidak berfungsi dan saya harus balapan tanpa sistem itu,” katanya.
Menurutnya, kehilangan perangkat tersebut membuat kecepatan di trek lurus sedikit berkurang, namun justru memberi efek positif saat keluar tikungan. “Suspensi bekerja lebih baik, dan saya tetap bisa menjaga ritme,” tambahnya.
Meski menghadapi kendala teknis, Bagnaia membuktikan ketenangan dan pengalaman juara dunia masih menjadi senjata utamanya. Kemenangan sprint ini bukan sekadar tambahan poin, tapi juga momentum psikologis penting menjelang race utama Minggu besok.
“Besok (hari ini) akan menjadi balapan yang berat untuk ban, jadi kami harus tetap tenang. Tapi kemenangan ini jelas memberi rasa percaya diri besar bagi saya dan tim,” tegasnya.
Dengan hasil ini, Bagnaia menegaskan Ducati masih berada di jalur yang benar dalam perebutan gelar dunia MotoGP 2025. Setelah dua seri mengecewakan di Indonesia dan Australia, kemenangan di Sepang menjadi sinyal kebangkitan Pecco Bagnaia — sebuah pernyataan bahwa sang juara belum habis.