Latief Siregar
DARI Anthony Ginting Sinisuka kita belajar, kerja keras, terluka, belum tentu akan berbuah manis. Tetapi perjuangan itu harus dijalankan.
Ginting yang bermain di partai pembuka membuka asa dengan memenangi set pertama atas pebulutangkis China, Shi Yuqi. Ginting, rangking 12 dunia, bisa memaksa Shi, rangking 2 dunia, bermain rubber game.
Set ketiga Ginting menghentak dengan melaju ke poin 17, meninggalkan Shi 4 angka. Di sinilah petaka bermula. Ginting berjalan tertatih, memegangi paha yang kram. Dia bahkan sempat keluar lapangan, berguling di pinggir lapangan, hingga akhirnya meninggalkan arena dengan brankar. Kalah.
Luka dan kegetiran memang akrab dengan atlet. Defia Rosmaniar, peraih emas pertama untuk kontingen Indonesia bercerita, dia latihan 6,5 jam per hari.
Atlet Taekwondo itu bahkan melewatkan pemakaman ayahnya yang wafat di Bogor karena sedang berlatih nun jauh di Korea Selatan. Tak heran, dia memandang merah putih dengan mata berurai bersamaan dengan kumandang Indonesia Raya.
Begitulah, keringat, air mata, terkadang darah menjadi pengantar atlet ke puncak karier. Penonton yang hanya melihat ujung, kagum mungkin juga iri melihat sang atlet bergelimang penghargaan dan uang.