Hendra menyesalkan ketidaksiapan BWF dalam mengantisipasi peraturan tersebut. Menurutnya, seharusnya BWF memberi tahu tentang peraturan di Inggris. Jadi, seminggu atau sepuluh hari sebelum kejuaraan para atlet Indonesia sudah sampai di sana untuk isolasi terlebih dahulu.
“Gak semua dapat email dari NHS. Ahsan dan tiga orang lagi gak dapat email. Padahal kita satu pesawat dan duduk bareng. Jadi gak jelas juga,” katanya.
Ironisnya, sehari sebelum kejuaraan sempat ada beberapa tim dari negara lain yang positif Covid-19 sehingga membuat pembukaan ajang tersebut diundur beberapa jam. Namun, mereka yang positif diperbolehkan melakukan tes ulang dan dalam tempo beberapa jam hasilnya berubah negatif.
“Kita mau tes ulang tapi gak boleh juga karena sudah close contact. Jadi harus isolasi sepuluh hari. Padahal, kemarin ada yg positif dan boleh tes ulang. Dan, mereka tes sendiri. Gak tahu benar atau tidak,” ucap Hendra.
Meski kecewa, pada akhirnya Hendra hanya bisa pasrah. Dia pun dengan terpaksa harus menelan perlakuan tak menyenangkan tersebut.
“Tapi semua sudah terjadi, mungkin agak susah untuk lanjut main. Sekarang dari Dubes, Menpora dan Menlu sudah bantu. Kita tunggu saja hasilnya,” ucapnya.
“Misalkan gak boleh main pun paling gak, boleh pulang. Ngapain di sini. Terutama buat kita berdua. Kalo di sini buat kita berdua buang-buang waktu, buang-buang uang. Kita kan biaya sendiri. Belum sampai jakarta harus isolasi lagi.
Ya, dalam tim Indonesia, Hendra dan Ahsan merupakan atlet mandiri yang harus membiayai sendiri semua biaya keikutsertaan mereka di turnamen ini.
“Jadi ya kita tunggu hasilnya semoga yang terbaik. Kita ucapkan untuk Indonesia sudah support kita semua. Kita tunggu saja keputusannya semoga bisa memuaskan kita semua. Tetap semangat,” kata Hendra mengakhiri videonya.