Berbeda dengan pengalamannya berpasangan dengan junior, Dejan menyadari pentingnya kesabaran dan dukungan moral.
“Tapi kalau sekarang ini kan mungkin yang Kak Glo dulu rasain sih. Kayak lebih sabar, lebih kayak ngingetin, lebih kayak ayo menyemangati. Gitu-gitu sih. Itu pelajaran yang didapat dari partner yang junior,” tambahnya.
Dalam konteks berpasangan dengan teman seangkatan, seperti Siti Fadia, Dejan menilai fokus utama adalah keserasian pola permainan dan strategi.
“Kemarin sama Fadia kan cuma pola permainan aja. Karena Fadia juga pernah ada di level elite dunia juga jadi tahu seperti apa,” jelasnya. Kolaborasi ini menuntut keselarasan taktik dan gaya bermain yang seimbang.
Pengalaman sebagai junior di masa lalu membuat Dejan mampu merasakan tantangan yang sedang dihadapi Bernadine, yang baru lulus dari level junior tahun ini. Pemahaman ini menjadi modal penting dalam proses adaptasi mereka berdua di lapangan.
“Kalau Bedin – sapaan akrab Bernadine – kan baru beranjak juga. Sama posisinya seperti saya dulu. Jadi di posisi Bedin saya juga bisa ngerasain seperti apa. Jadi beda lah harus lebih sabar aja,” pungkas Dejan.
Kisah Dejan Ferdinansyah ini bukan hanya soal teknik dan pertandingan, tapi juga tentang mental, kesabaran, dan kematangan emosional yang dibutuhkan untuk membangun pasangan yang solid dalam bulu tangkis. Perjalanan dari junior ke senior dan sebaliknya memperkaya pengalaman serta kesiapan menghadapi berbagai tantangan di level internasional.