Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah, turut memberikan pandangan terhadap laga ini. Ia menyebut bahwa final 2025 merupakan pertemuan dua kekuatan besar dengan latar belakang berbeda.
“Kita sedang menyaksikan momen besar dalam sejarah liga. Ketika klub dengan mental juara bertemu klub baru yang dibangun dengan kesabaran dan visi jangka panjang, di situlah sejarah yang sesungguhnya sedang ditulis,” kata Junas.
Kedua tim sama-sama memiliki keunggulan yang bisa menjadi pembeda dalam pertandingan nanti. Dewa United datang dengan semangat dan kepercayaan diri tinggi usai menumbangkan RANS Simba Bogor di semifinal dengan skor meyakinkan 98–78. Penampilan dominan Joshua Ibarra yang mencetak 31 poin dan 21 rebound menjadi sinyal bahaya bagi lawannya. Dewa juga menunjukkan pertahanan yang jauh lebih solid dibanding musim-musim sebelumnya.
Pelita Jaya, di sisi lain, memiliki kedalaman skuad dan chemistry yang terjaga dengan baik. Pengalaman bertanding dalam tekanan, serta komposisi pemain lokal dan asing yang matang, menjadi kekuatan tersendiri bagi tim asuhan Jason Tatum. Secara statistik, Pelita Jaya juga menutup musim reguler dengan catatan terbaik, sehingga berhak atas keuntungan laga kandang jika pertandingan harus dilanjutkan hingga game ketiga.
Final IBL 2025 akan dimainkan dalam format best-of-three. Game pertama akan berlangsung di kandang Dewa United pada 17 Juli 2025. Dua hari kemudian, Pelita Jaya akan menjamu sang rival di GMSB Kuningan, Jakarta. Jika kedua tim saling mengalahkan dalam dua laga awal, pertandingan penentuan akan kembali digelar di GMSB pada 20 Juli. Pelita Jaya mendapatkan keuntungan laga ketiga berkat rekor menang-kalah terbaik di musim reguler.
Duel ini menjadi lebih menarik karena kedua tim tidak hanya berburu trofi, tetapi juga ingin menciptakan bab baru dalam sejarah liga. Bagi Pelita Jaya, mempertahankan gelar adalah bukti dominasi. Sedangkan bagi Dewa United, menjuarai liga adalah validasi atas proyek jangka panjang yang mereka bangun sejak awal. Final IBL 2025 adalah panggung bagi dua filosofi yang bertolak belakang—dan dari sanalah lahir cerita paling dinanti para penggemar bola basket Indonesia.