Fikri juga menyebut keduanya kini tampil lebih lepas karena PBSI memberi ruang tanpa target besar. Pendekatan ini membuat mereka bisa fokus menjaga konsistensi permainan tanpa terbebani ekspektasi tinggi.
“Ya menyikapinya (tanpa target tinggi) kembali lagi sama diri sendiri, harus jaga pikiran sama mentalnya juga. Karena tekanannya cukup berbeda juga kan dari sebelumnya, dan kemarin saya bisa membuktikan juga,” tuturnya.
Bagi Fikri, keberhasilan menembus empat final dalam waktu singkat adalah sinyal bahwa duet mereka sudah berada di jalur tepat. Konsistensi, menurut dia, jadi kunci agar bisa bersaing dengan pasangan top dunia seperti Liang/Wang dan Astrup/Rasmussen.
“Minimal hasilnya samalah di final atau di semi. Cuma kemarin di Hylo (Open) saja delapan besar itu lepas. Ya pengennya sih konsisten dulu saja,” pungkasnya.
Dengan performa solid, chemistry yang makin klik, dan hasil konsisten di level elite, Fajar/Fikri kini jadi salah satu pasangan paling berbahaya di dunia bulu tangkis. Jika tren ini berlanjut, Indonesia bisa punya duet ganda putra dominan baru setelah era Fajar/Rian dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.