Saat itu, Widi mengalami demam tinggi hingga badannya mengejang. Bahkan, setelah dibawa ke dokter oleh sang ibu, suhu badan Widi tak kunjung turun dan kakinya pun terasa lemas sejak kejadian itu.
Setelah itu, orangtua Widi mencoba segala pengobatan untuk membuat kakinya normal kembali. Namun, usaha keras mereka tak kunjung membuahkan hasil. Orangtuanya pun harus menerima keadaan anaknya yang lumpuh.
Perempuan yang lahir pada 12 Desember 1992 itu baru merasakan perbedaannya dengan anak-anak lain ketika menginjak bangku SD. Dia heran mengapa tidak bisa berlari seperti temannya yang lain, ayahnya pun berkata padanya bahwa dia akan mengerti soal keadaannya saat beranjak dewasa nanti.
Singkat cerita, Widi merasa bersyukur memiliki keluarga yang tidak malu akan kekurangannya. Malahan, dia sangat merasakan dukungan dari keluarganya untuk terus tumbuh tanpa malu dan bersosialisasi dengan orang lain.