Kendati demikian, rider asal Jepang itu menilai adanya dua balapan di setiap seri sangat menguras mentalnya. Sebab, meski jarak balapannya hanya setengah, sprint juga membutuhkan persiapan yang sama seperti balapan utama.
“Tetapi pada saat yang sama, secara fisik tidak ada masalah, tetapi secara mental, sulit,” kata pembalap berusia 31 tahun itu.
“Oke, pada hari Sabtu jaraknya hanya setengah, tetapi secara mental Anda harus mempersiapkannya dengan cara yang sama seperti untuk balapan hari Minggu, persis sama. Setelah sprint race, saya merasa seperti kehabisan energi di kepala saya,” tambahnya.
“Tetapi Anda harus ingat bahwa ini belum berakhir. Anda harus bersiap untuk hari berikutnya dan jarak balapan normal. Jadi, Anda harus melihat bagaimana memulihkan secepat mungkin hingga keesokan paginya. Tapi kemudian ada janji media dan begitu banyak kewajiban lain yang harus kami penuhi di balapan akhir pekan,” tuturnya.
Meski begitu, Nakagami sangat senang bisa lebih dekat dengan para penggemar MotoGP dengan adanya parade sebelum sprint di setiap hari Sabtu. Terlebih, jika mengingat kosongnya sirkuit ketika pandemi Covid-19 melanda dunia.
“Tapi senang bisa lebih dekat dengan para penggemar. Semakin banyak orang yang datang, seperti di Le Mans atau di Sachsenring, itu sangat menyenangkan. Apalagi jika mengingat kembali bahwa sirkuit di tahun 2020 benar-benar kosong,” katanya.