Atlet kelahiran Bogor itu mengaku lawan yang paling berat adalah ketika melawan wakil Korea Selatan Yun Jihye pada babak semifinal. Tetapi, dia mampu melewatinya dan berhak meraih tiket final.
“Sempat deg-degan, cuma setelah main biasa biasa aja. Lawannya berat juga, apalagi di semifinal lawan Korea, menurut aku paling berat,” ujarnya.
Rasa senang Defia karena berhasil mempersembahkan medali emas untuk bangsanya. Padahal, dia tak mengira bakal menjadi juara. “Enggak menyangka juga sih. Namanya aja battle, menang kalah sudah biasa,” tuturnya.
Ketua Umum Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI), Letjen TNI (Purn) Marciano Norman menyebut keberhasilan Defia itu sekaligus mencapai target satu medali emas dari cabor yang dipimpinnya. Meski begitu, dia tak menutup kemungkinan mendapat lebih banyak medali.
“Atas nama taekwondo Indonesia saya mengucapkan terima kasih atas doa dan support dari seluruh rakyat Indonesia. Alhamdulillah pada hari ini cabang olahraga taekwondo melalui atlet Defia Roesmaniar berhasil merebut medali emas. Target taekwondo memang satu medali emas dan kita dapatkan hari ini,” kata Marciano.