Saat polisi datang ke lokasi kejadian, Ribati sudah tewas. Khozhiev sendiri mengakui perbuatannya secara terang-terangan.
“Pak, ini saya, ini saya, saya pembunuhnya,” katanya.
Dalam media sosial, Khozhiev dikenal vokal menyebut dirinya anti vaksin. Bahkan dia dijuluki sebagai “Pembunuh yang Tidak Divaksinasi”.
Khoziev masihlah muda, yakni 27 tahun. Dia dikabarkan berasal dari Rusia meski beberapa sumber menyebutkan asli Uzbekistan. Menurut laporan Independent, dia pernah kuliah di Universitas Saint Peterseburg.
Khoziev dilaporkan akan hadir di pengadilan dalam waktu dekat. Dia diberi tuduhan atas kejahatan tingkat pertama dengan senjata mematikan dan serangan tingkat dua dengan senjata mematikan. Pihak berwenang akan mengganjarnya denda sebesar 1 juta euro atau setara Rp16 miliar.